glenX Admin
Jumlah posting : 134 Reward Points : 168 Join date : 22.10.09
| Subyek: Paus Permudah Persekutuan Penganut Anglikan Bersatu dengan Gereja Katolik 23.10.09 19:53 | |
| VATIKAN – Paus Memudahkan Persekutuan Penganut Anglikan dengan Gereja Katolik Oleh Gerard O'Connell, Koresponden Khusus di Roma 2009-10-21 | ZY08094.665b | 1.218 kata Text size
Kolom UCAN
KOTA VATIKAN (UCAN) -- Dalam sebuah gebrakan yang mengejutkan dan sangat penting, Paus Benediktus XVI lebih memudahkan klerus dan umat awam Gereja Anglikan untuk bersatu sepenuhnya dengan Gereja Katolik Roma, dengan tetap mempertahankan unsur-unsur warisan Anglikan mereka.
William Kardinal Levada, prefek Kongregasi Ajaran Iman (CDF, Congregation for the Doctrine of the Faith), mengumumkan hal ini dalam sebuah pengarahan singkat khusus pers internasional di Vatikan pada 20 Oktober. Ia mengungkapkan bahwa Paus akan mengeluarkan sebuah konstitusi yang apostolik – sebuah dokumen untuk menetapkan atau meresmikan undang-undang – tentang hal ini beberapa minggu lagi.
Keputusan paus itu merupakan usaha luar biasa sejak Reformasi untuk memungkinkan kelompok-kelompok Anglikan, yang ingin menerima ajaran iman Katolik, untuk memperoleh “persatuan kembali secara kelihatan” dengan Roma sebelum Persekutuan Anglikan, dengan 80 juta anggota di 160 negara, dan Gereja Katolik Roma mencapai kesepakatan penuh menyangkut ajaran.
Dalam konferensi pers itu, kardinal membacakan teks ringkasan setebal dua halaman yang dipersiapkan oleh CDF dari keputusan paus itu. Ringkasan itu secara cepat merunut sejarah hubungan Katolik-Anglikan mulai dari abad ke-16, ketika Raja Henry VII menyatakan Gereja Inggris lepas dari otoritas paus, hingga Konsili Vatikan II (1962-1965).
Ringkasan itu juga mengungkapkan bagaimana Konsili Vatikan II merintis jalan untuk dialog ekumene antara Gereja Katolik dan Persekutuan Gereja Anglikan yang telah terjadi lebih dari 40 tahun.
Baik kardinal maupun nota CDF itu membeberkan betapa serius munculnya perpecahan dalam Persekutuan Anglikan sedunia dalam setengah abad terakhir ketika Gereja-Gereja Anglikan, yang memutuskan hubungan dengan tradisi, mulai mentahbiskan perempuan sebagai imam dan uskup. Beberapa gereja Anglikan belakangan ini bahkan mulai secara terbuka mentahbiskan klerus homoseksual dan menikahkan pasangan-pasangan homoseksual. Semua ini menimbulkan krisis yang sangat serius dan terus berlangsung, yang beresiko bisa berkembang menjadi skisma dalam Persekutuan Anglikan sendiri.
Dalam situasi yang baru ini, banyak kelompok gereja Anglikan mulai mengandalkan Roma dan meminta persekutuan penuh dengan Roma, jelas kardinal itu. Inilah yang membuat paus mengeluarkan tanggapannya.
Uskup Agung Augustine DiNoia, mantan wakil sekretaris CDF, yang pernah terlibat dalam seluruh proses itu, juga berbicara dalam siaran pers itu.
Dia mengatakan bahwa sementara adanya berbagai upaya serius untuk menyembuhkan perpecahan Katolik Anglikan selama lebih dari setengah abad terakhir, “doa-doa kami untuk persatuan sedang mendapat jawaban dalam berbagai cara yang tidak kita antisipasi."
"Roh Kudus sedang berkarya di sini, dan Takhta Suci tidak mungkin tinggal diam terhadap gerakan Roh Kudus ini, terutama bagi mereka yang merindukan persekutuan dan yang tradisinya harus dihargai."
Kardinal Levada mengatakan bahwa dalam konstitusi apostolik yang akan dikeluarkan, Paus akan mengemukakan "suatu struktur kanonik yang memungkinkan terciptanya persatuan kembali ini dengan membentuk Personal Ordinariates" -- semacam keuskupan -- yang "akan mengijinkan bekas umat Anglikan untuk masuk dalam persekutuan penuh dengan Gereja Katolik, dengan tetap mempertahankan warisan liturgi dan unsur-unsur spiritual Gereja Anglikan yang bersifat distinktif."
Konstitusi itu menyadari bahwa "bimbingan dan pelayanan pastoral akan diberikan kepada kelompok bekas umat Anglikan melalui sebuah Personal Ordinariate." Setelah berkonsultasi dengan konferensi-konferensi waligereja, "Ordinariates” seperti itu akan dibentuk "jika dibutuhkan." Strukturnya akan "serupa dalam beberapa hal” dengan struktur keuskupan-keuskupan militer yang ada di sejumlah negara untuk memberi pelayanan pastoral bagi anggota pasukan militer dan keluarga mereka.
"Ordinary" (semacam uskup) yang memimpin suatu ordinariate, bisa seorang imam selibat atau seorang uskup yang tidak menikah, dan “akan selalu ditunjuk dari mantan klerus Anglikan,” kata kardinal.
Dia mengatakan, konstitusi apostolik itu "memberi sebuah tanggapan yang lumrah dan perlu terhadap fenomena yang tersebar luas di seluruh dunia, dengan memberi sebuah model kanonik sederhana bagi Gereja universal. Model itu dapat disesuaikan di berbagai situasi lokal dan cocok bagi para mantan Anglikan dalam penerapannya yang universal."
"Konstitusi itu menyediakan pentahbisan para mantan klerus Anglikan yang menikah menjadi imam-imam Katolik” namun "tidak mengijinkan pentahbisan pria menikah menjadi uskup,” lanjutnya.
Kardinal Levada mengatakan, Paus memutuskan untuk membentuk struktur khusus ini dalam menanggapi “banyak permintaan” yang disampaikan ke Takhta Suci dalam lebih dari tiga tahun terakhir “dari kelompok-kelompok umat dan klerus Anglikan di berbagai tempat yang berbeda di dunia. Mereka ingin masuk ke dalam sebuah persekutuan yang kelihatan."
Dia menyatakan bahwa sekitar "20 hingga 30 uskup" telah menyampaikan permintaan, sementara "ratusan permintaan telah diterima dari banyak kelompok umat,” bukan saja dari Komunitas Anglikan Tradisional (yang mengklaim memiliki 500.000 anggota di seluruh dunia). Dia enggan memberi angka keseluruhan dari jumlah para Anglikan itu.
UCA News sejak itu melihat bahwa penolakan pentahbisan pria menikah menjadi uskup itu sangat mengecewakan banyak uskup Anglikan yang ingin bergabung dengan Roma. Mereka agaknya berubah pikiran untuk bergabung dengan Gereja Katolik.
Dalam konferensi pers itu, kardinal menepis pendapat bahwa keputusan paus itu bisa ditafsirkan sebagai perubahan radikal dalam komitmen Vatikan untuk dialog ekumene dengan Persekutuan Anglikan. Dia menegaskan, “inisiatif ini” sesungguhnya muncul dari "kelompok-kelompok Anglikan," bukan dari Roma. Takhta Suci hanya menjawab permintaan mereka, katanya.
Dari tahun ke tahun banyak umat Anglikan kembali ke Gereja Katolik, lanjutnya, namun “kadang-kadang,” juga, kelompok-kelompok Anglikan yang menjadi Katolik itu tetap mempertahankan “struktur yang kelihatan,” seperti terjadi dengan Keuskupan Anglikan Amritsar di India, dan beberapa paroki di Amerika Serikat.
Kardinal berpendapat bahwa keputusan Paus untuk menyediakan struktur yang baru ini “memang konsisten dengan dialog ekumene, yang terus diprioritaskan oleh Gereja Katolik, terutama melalui berbagai upaya Dewan Kepausan untuk Peningkatan Persatuan Umat Kristen."
Ketika ditanya mengapa tidak ada pejabat dari dewan kepausan itu pada konferensi pers itu, Kardinal Levada mengatakan bahwa dia mengundang Walter Kardinal Kasper dan Uskup Agung Brian Farrell, masing-masing sebagai ketua dan sekretaris kantor Vatikan itu, namun keduanya tidak bisa hadir karena ada acara.
Ketika ditanyakan tentang proses konsultasi yang membuat Paus mengambil keputusan itu, kardinal itu menyatakan bahwa CDF telah membentuk sebuah kelompok kerja untuk melihat bagaimana Takhta Suci bisa memberi tanggapan terbaik atas permintaan dari kelompok-kelompok Anglikan yang ingin masuk dalam persekutuan dengan Roma.
Proses keseluruhan diselenggarakan secara tertutup, dengan konsultasi di luar yang sangat terbatas. Maka, sebagai contoh, hanya satu uskup dari Wales dan Inggris dikonsultasi, tetapi hanya "dalam kapasitas personal."
Kelompok kerja itu memberi laporan dalam pertemuan bulanan CDF yang terdiri dari para uskup dan kardinal. Dalam pertemuan itu, Kardinal Casper menjadi salah satu peserta, dan CDF menyerahkan kesimpulan pertemuan itu kepada Paus, katanya.
Menjelang konferensi pers Vatikan itu, Kardinal Levada terbang ke London pada 19 Oktober. Di sana, dia menanyakan para uskup Wales dan Inggris tentang konstitusi apostolik itu. Para uskup ini telah menolak suatu proposal serupa tahun 1992.
Di London, kardinal juga berbicara dengan Uskup Agung dari Canterbury, yang diberi informasi dua minggu sebelumnya tentang keputusan paus itu.
Namun, pada 20 Oktober, ketika kardinal memberi penjelasan singkat di Roma, pada waktu bersamaan terjadi juga konferensi pers di London. Dalam peristiwa di London itu, secara mencengangkan, Uskup Agung Canterbury Mgr Rowan Williams muncul bersama Uskup Agung Westminister Mgr Vincent Nichols.
Mereka mengeluarkan pernyataan bersama yang mengatakan bahwa pengumuman konstitusi apostolik itu “mengakhiri masa ketidak-pastian untuk kelompok-kelompok seperti itu yang telah sangat mengharapkan cara-cara baru untuk bersatu dengan Gereja Katolik."
Kedua uskup agung itu menafsirkan konstitusi apostolik itu sebagai "pengakuan lebih jauh akan iman, ajaran, dan spiritualitas antara Gereja Katolik dan tradisi Anglikan yang pada dasarnya tumpang tindih,” dan mengatakan bahwa tanpa dialog selama 40 tahun terakhir, pengakuan ini tidak mungkin terjadi."
Mereka melihat konstitusi apostolik itu sebagai "satu konsekuensi dialog ekumene antara Gereja Katolik dan Persekutuan Anglikan,” dan bersama-sama menyatakan bahwa “dialog resmi lebih lanjut antara Gereja Katolik dan Persekutuan Anglikan itu memberi dasar untuk kelangsungan kerjasama kita."
Uskup Agung dari Canterbury diharapkan berada di Roma bulan depan untuk sejumlah pembicaraan di Vatikan.
-------------
Gerard O'Connell meliput Vatikan sebagai koresponden untuk UCA News dan organisasi berita lainnya http://www.ucanews.com/2009/10/21/vatikan-–-paus-memudahkan-persekutuan-penganut-anglikan-dengan-gereja-katolik/
---------------- Kabar bagus untuk kembalinya penganut Anglikan ke Gereja Katolik | |
|
st_caecilia Member
Jumlah posting : 33 Reward Points : 41 Join date : 22.10.09
| Subyek: Re: Paus Permudah Persekutuan Penganut Anglikan Bersatu dengan Gereja Katolik 25.10.09 12:55 | |
| sepertinya penganut Anglikan benar-benar ingin bersatu dengan Gereja Katolik. | |
|